Sahabat Peduli, kenalkah dengan Musa? Musa yang penulis sebutkan di sini adalah nama seorang anak laki-laki Indonesia yang hafal 30 juz Alquran! Masya Allah!
Ah, banyak kok yang hafiz… apa istimewanya si Musa ini? Yuk, simak kisahnya di bawah ini!
*Musa, Sang Hafiz Cilik
Sahabat Abi Ummi, bisa hafal Quran merupakan anugerah Allah SWT yang luar biasa. Ini karena tanpa izin-Nya, tentu tak mudah bisa menjadi hafiz 30 juz. Kalau kita pun masih berpikir "tidak" istimewa, Musa mampu hafal 29 juz Quran di usia 5,5 tahun! Memulai dari diri sendiri, dulu saya 5,5 tahun bisa apa?
Dengan hafalannya tersebut, Musa berhasil meraih juara pertama di program televisi Hafiz Indonesia tahun 2014 di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Sejak saat itu, Musa menjadi sangat terkenal, bahkan sampai ke Malaysia dan Singapura. Tak sampai di situ, Musa pun dikirim ke perlombaan hafalan Quran tingkat internasional di Jeddah, Arab Saudi. Musa yang kala itu menjadi peserta termuda, Alhamdulillah menduduki peringkat 12 dari 25 peserta. Musa mendapatkan nilai mumtaz 90,83 dari 100 poin. Masya Allah!
*Musa dan Perjuangan Hafalannya
Mungkin kita berpikir bahwa Musa ini anak jenius yang dari lahir mudah menghafal, ingatan kuat, dan seterusnya. Sayangnya tidak. Musa hanya anak laki-laki pada umumnya dari La Ode Abu Hanafi dan istri. Bapaknya menjelaskan bahwa minat Musa pada Alquran sudah ada sejak dini, tepatnya sebelum genap usia 2 tahun. "Setiap kali saya perdengarkan kaset murottal (pembacaan) Alquran anak, dia senang dan sangat antusias menirukan."
Ulang tahun ke-2 Musa menjadi tonggak awal Musa menghafal Alquran. Karena Musa belum bisa membaca Alquran, Hanafi membimbingnya dengan metode membacakan hafalan. Musa diminta menirukan pelafalan sang ayah. Mengingat usia sang anak, Hanafi mengajarinya dengan perlahan. Satu sesi belajar hanya berlangsung lima sampai sepuluh menit. Hanafi mengakui bahwa bukan hal mudah mengajarkan Alquran kepada bocah yang ketika itu berusia 2 tahun. Berbeda dengan hal yang dipikirkan banyak orang.
Bagian pertama yang diajarkan kepada Musa adalah surat terakhir Alquran, yakni An-Naas. "Saya ajarkan qul saja. Butuh dua sampai tiga hari dia ikuti," kenang Hanafi. "Kemudian, menyambungkan kata qul dengan a'udzu juga butuh waktu. Durasi Musa untuk menghafal Qul a'udzu birobbinnaas (ayat pertama surat An-Naas yang berarti Katakanlah, aku berlindung dari Tuhan manusia) butuh setidaknya satu pekan. Saat berhasil menghafal ayat kedua, Musa lupa bunyi ayat pertamanya sehingga hafalan harus diulang dari awal. Jadi, surat An-Naas itu mungkin bisa saya ulang ratusan kali," ungkap Hanafi.
Ya, Musa melewati proses yang "berat" serta luar biasa tekun untuk mencapai prestasi yang kita lihat bersama secara nasional dan internasional.
Dikutip dari Assalamu'alaikum Indonesia, berikut merupakan jadwal kegiatan Musa sehari-hari.
• Pukul 02.30 sudah bangun, kemudian wudu dan langsung muroja'ah di depan ayahnya hingga pukul 04.00.
• Setelah itu, menambah hafalan baru dan menyetorkannya sampai azan Subuh berkumandang dan berhenti untuk salat.
• Selesai salat, ia langsung menambah hafalan hingga pukul 07.30, kemudian istirahat (sarapan, minum, dan main) hingga pukul 08.30.
• Setelah istirahat, lanjut muroja'ah hingga pukul 10.00 atau 10.30, tergantung maju mundurnya waktu salat Zuhur.
• Pukul 10.00 atau 10.30 wajib tidur hingga azan Zuhur berkumandang, kemudian ke masjid.
• Setelah salat, tambah hafalan baru dan berhenti pukul 13.30 untuk istirahat dan makan siang hingga pukul 14.00. Setelah istirahat, lanjut muroja'ah lagi hingga Asar.
• Setelah Asar, tambah hafalan baru dan muroja'ah hingga pukul 17.00.
• Sambil menunggu Magrib, ia main sebentar dan umumnya menyiapkan diri untuk pergi ke masjid.
• Setelah Magrib, muroja'ah hingga Isya dan makan malam setelah salat Isya. Setelah itu, ia harus tidur.
• Setiap 4 atau 5 hari sekali dia libur. Pada hari libur tersebut, Musa full bermain.
*Peran Orang Tua dalam Mengusahakan Anak Hafiz
Sahabat Peduli, perlu diketahui bahwa jadwal berat di atas tak mungkin dilakukan Musa sendirian. Di belakang Musa ada seorang umi yang kuat dan hampir tidak pernah tidur siang hingga malam. Umi yang sangat luar biasa mengatur pekerjaan dan mengajarkan anaknya. Kalau sekadar sakit gigi, ia tidak akan berhenti dengan kegiatannya, demam tinggilah yang akhirnya mengharuskan istirahat total. Ya, peran umi Musa ternyata sangat krusial. Probabilitas Musa menjadi hafiz tentunya tidak sebesar yang kita ketahui bila umi Musa hanya ibu yang biasa-biasa saja.
Usaha kita dalam memicu dan memacu anak menggemari membaca, mencintai Alquran, dan insya Allah mengamalkannya tentu lebih afdal ketika kita juga mendoakannya. Doa yang insya Allah mustajab karena doa dari orang tua untuk anaknya.
Rasulullah saw. bersabda (yang artinya), "Ada tiga doa yang mustajab tanpa keraguan di dalamnya: doa orang yang terzalimi, doa seorang musafir, dan doa orang tua untuk anaknya." (H.R. At-Tirmidzi, dihasankan oleh Al-Albani).
*Doa apa yang dipanjatkan?
Rasya el-Ghayyar, sang ibu dari 3 hafiz termuda di dunia, membocorkan rahasia doanya. Doa yang beliau panjatkan adalah doa istri Imran yang terukir di Alquran surat Ali Imran ayat 35 yang artinya sebagai berikut.
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang ada dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat. Oleh karena itu, terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Sembari berdoa, Rasya menazarkan anaknya menjadi anak yang taat kepada Allah dan berbakti untuk Alquran. "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan. Mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." (QS. Faathir: 29-30).
Sumber : abiummi[dot]com