Umar bin Khattab dikenal sebagai khalifah yang tegas dan adil. Dalam berbagai kisahnya Umar bin Khattab akan melakukan apapun untuk mensejahterakannya rakyatnya, berupa memberikan bantuan, bahkan oleh dirinya sendiri secara langsung. Umar bin Khattab juga suka berkeliling negeri untuk mengetahui bagaimana keadaan rakyatnya, tanpa mengumbar bahwa dia adalah khalifah.
Kisah kali ini menceritakan Umar bin Khattab yang bertemu dengan seorang pengemis tua di tempat terpencil di negerinya. Kala itu ia sedang dalam perjalanan pulang dari Negeri Syam menuju Madinah. Umar melihat nenek pengemis yang tengah beristirahat di gubuk yang sudah reyot. Umar mendekati nenek itu, tanpa membuka identitasnya sebagai khalifah.
"Adakah nenek mendengar apa-apa berita tentang Umar?" tanya Umar setelah memberi salam kepada nenek itu. Nenek itu langsung menjawab, "kabarnya Umar baru saja pulang dari Syria dengan selamat." Umar kembali bertanya, "Bagaimana pendapat nenek tentang khalifah kita itu?" jawaban dari sang nenek sontak membuat Umar terkejut.
"Aku berharap Allah tidak membalasnya dengan kebaikan," jawab nenek itu. "Mengapa begitu?" tanya Umar yang penasaran. "Ia sangat jauh dari rakyatnya. Semenjak menjadi khalifah dia belum pernah menjenguk pondok aku ini, apa lagi memberi uang," jawab nenek itu, tanpa mengetahui bahwa orang yang ada di hadapannya adalah Umar bin Khattab, orang yang sedang ia bicarakan.
Umar kembali melontarkan pertanyaan, "bagaimana mungkin dia dapat mengetahui keadaan nenek sedangkan tempat ini jauh terpencil?" Wanita pengemis tua itu mengeluh dan berkata "Subhanallah! tidak mungkin seorang khalifah tidak mengetahui akan keadaan rakyatnya walau dimana mereka berada." Jawaban tersebut membuat Umar tersentak dalam hati. Perlahan Umar menitikkan mata karena menyesal.
"Wahai nenek," kata Umar, "berapakah kamu hendak menjual kezaliman Umar terhadap nenek? Saya kasihan kalau khalifah Umar bin Khattab nanti akan masuk neraka. Itu pun kalau nenek mau menjualnya." Nenek pengemis itu nampak bingung, "jangan engkau bergurau dengan aku yang sudah tua ini."
Umar menjawab,"saya tidak bergurau wahai nenek, saya sungguh-sungguh, berapakah nenek akan menjualnya. Saya akan menebus dosanya, maukah nenek menerima uang sebayak 25 dinar ini sebagai harga kezalimanya dari khalifah Umar terhadap nenek ?" sambil menyerahkan uang tersebut kepada wanita pengemis tua itu. Nenek pengemis itu menerima uang yang diberikan Umar, "terima kasih, Nak. Baik benar budimu."
Tak lama setelahnya, Ali bin Abi Thalib bersama Abdullah bin Mas'ud berjalan menuju tempat Umar dan nenek pengemis itu berada. Melihat sang khalifah ada di sana, Ali dan Abdullah memberi salam, dan membuat nenek pengemis itu terkejut dan panik. Dengan perasaan takut dan gemetar wanita pengemis tua itu berkata, "Masya Allah, celakalah aku dan ampunilah nenek atas kelancangan nenek tadi ya Amirul Mukminin. Aku telah memaki Khalifah Umar bin Khattab dihadapan tuan sendiri."
Dengan halus Umar berkata, "tak apa-apa Nek, semoga Allah merahmatimu," Umar kemudian menyobek sebagian bajunya dan menuliskan sesuatu.
"Bismillahirrahmanirrahim, Dengan ini Umar bin Khattab telah menebus dosanya atas kezalimannya terhadap seorang nenek yang merasa dirinya dizalimi oleh Umar bin Khattab, semenjak menjadi khalifah sehingga ditebusnya dosa itu dengan 25 dinar. Dengan ini jika perempuan itu mendakwa Umar bin Khattab di hari Mahsyar, maka Umar bin Khattab sudah bebas dan tidak bersangkut paut lagi".
Pernyataan tersebut ditandatangani oleh Sayyidina Ali dan di saksikan oleh Abdullah. Baju tersebut diserahkan kepada Abdullah sambil berkata, "simpanlah baju ini dan jika aku mati masukkan kedalam kain kafanku untuk dibawa mengadap Allah SWT."
Kisah tersebut mengajarkan kita betapa menjadi pemimpin adalah sebuah amanah yang besar. Menjadi pemimpin bukanlah masalah tahta, kekuasaan dan uang, melainkan tanggung jawab untuk mensejahterakan rakyat yang dipimpinnya. Tidak heran jika masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab yang hanya sekitar 10 tahun (13-23 H / 634-644 M), telah berhasil membawa dakwah dan kebesaran Islam hingga ke berbagai wilayah di luar jazirah Arab.
Semoga kisah Umar bin Khattab ini memberikan kita pelajaran untuk selalu mensejahterakan orang-orang di sekeliling kita, entah sebagai pemimpin maupun sebagai sesama muslim.
Sumber: www.pondokislami.com (dengan sedikit perubahan redaksional)